Pagi ini aku bangun lebih pagi
Dengan tekad lebih kuat untuk bekerja lebih keras, dan cerdas
Bangun, mandi, dandan, berpakaian
Memesan ojek namun tak kunjung datang
Mencoba transjakarta yang sebenernya cukup dekat
Sesampai di halte ada dua bus datang bersamaan dari sisi berlawanan
Aku yakin aku harusnya naik ke bus di sisi kanan
Namun sekilas tulisan berjalan di muka bus membuatku ragu
Maka akhirnya aku naik bus di sisi kiri
Dari 2 menit pertama aku tahu aku salah, tapi alih-alih turun di halte berikutnya aku teruskan perjalanan
Aku merasa bersalah, pada hidupku, karena mengambil keputusan dengan terburu
Padahal waktuku masih lama sampai jam masuk kerja. Menunggu bus berikutnya juga tak apa
Karena tergesa dan tak ingin kehilangan kesempatan aku melompat pada yang tersedia
Mengingat kembali perjalananku setahun ini, paling tidak aku belajar, keputusan yang kuambil saat aku panik, takut, cemas, dan terpuruk, membuatku berulang kali mengevaluasi jalanku
Aku hampir tidak pernah menyesal, karena bagaimanapun sesaknya keadaanku, aku yakin akan keputusanku di masa sebelumnya
Aku pernah mengalami hidup yang lebih sulit dan sendiri sebelum ini
Namun rasanya baru sekarang aku begitu mempertanyakan keputusanku, dan kerap ingin keluar
Pada episode hidupku yang sekarang, kunikmati saja salah naik bus ku ini, pada akhirnya aku bisa kembali ke tujuan yang sesungguhnya, dalam waktu yang tidak juga terlambat
Dan manakah aku tahu bila ini cara Tuhan menambahkan kemampuanku sekaligus menghindarkan aku dari derita
Monday, November 23, 2015
Pengingat
Kemarin aku tidak berangkat kerja
Malahan pulang ke rumah karena permintaan orang tua
Kata mereka, coba ajak adik bicara
Sepertinya kamu bisa masuk ke dunianya
Aku pulang
Masuk ke kamarnya dan mengucap salam
tidak ada pertukaran kata yang berarti sampai berjam-jam kemudian
sehabis makan siang barulah rentetan keluh terujar
Bertahun-bertahun menjadi siswi paling handal, kini ia menghadapi kenyataan hidup
Pelajaran tak lagi mudah dimengerti.
Tidak biasa belajar rutin dan tidak serta merta mengerti materi
Ada kerja keras yang perlu dilakukan
Kasihan, tapi bersyukur
Ia boleh mengalaminya di saat masih muda
Saat jiwanya masih elastis untuk terpola
Aku teringat pada jiwaku sendiri yang juga masih belia
Merasa tak bisa apa-apa setelah segudang perjuangan di suatu masa
Merasa kecil dan tak berarti, merasa tak berpijak dan tak bertuju
Pelajaran untuk kami berdua: untuk tidak menyerah
Bukan untuk bisa dan ahli dalam setiap perkara tapi untuk bangkit lagi setiap jatuh
Kata Dori, just keep swimming swimming swimming
Biar secenti, tapi maju. Biar semili tapi tidak berhenti
Memang, secara teknis ada keterampilan yang perlu kami berdua kuasai
Tapi paling tidak semangat untuk terus berlari tidak boleh padam
Yang diberi pada kami lebih banyak dari yang orang punyai
Yang bisa kami beri harus lebih banyak dari yang kami miliki
Karena sepatutnya kami hanyalah sarana berkarya Sang Pemilik dan Pemberi Rejeki
Sunday, November 15, 2015
Satu bulan hidup sendiri
Malam dunia
Kembali lagi ke bilikku yang kecil namun menawan dekat Pusat Ibukota
Bersiap menjalani hari-hari yang padat seminggu ke depan
Sudah sebulan aku menetap di bilik ini
Di tempat banyak kecoak dan tak ada makanan enak
Pelan-pelan membereskan sana sini
Menambah alat bersih-bersih dan perlengkapan masak
Aku menemukan duniaku kembali
Dunia dalam sepi dan sendiri
Hanya aku dan diriku dalam 28 meter persegi
Damai dan ketenangan lebih banyak kucecap
tanpa harus takut sewaktu-waktu ada situasi yang memanas
dan obrolan singkat menjadi beban kepala
belajar hidup, itu mata kuliahku sekarang
Belajar menata dan mengelola
Membuat peraturan dan batasan
Bilik ini manifestasi jiwaku, yang bertumbuh dan berbutuh
Mengenali kebutuhanku dan dengan sistematis memenuhinya
Persoalan membeli kapur barus dan beras
Perkara jam berapa menanak nasi dan mengeringkan rambut
Perihal bayar tagihan listrik dan beli sabun cuci
Karierku sedang kumulai
Sebagai wirausahawan di kantorku, juga sebagai manajer rumah tangga di apartemenku
hidup yang memang kupilih, kuinginkan, dan kupinta dari Yang Kuasa
Pada titik ini hanya syukur yang bisa kuhaturkan ke hadiratNya
Kembali lagi ke bilikku yang kecil namun menawan dekat Pusat Ibukota
Bersiap menjalani hari-hari yang padat seminggu ke depan
Sudah sebulan aku menetap di bilik ini
Di tempat banyak kecoak dan tak ada makanan enak
Pelan-pelan membereskan sana sini
Menambah alat bersih-bersih dan perlengkapan masak
Aku menemukan duniaku kembali
Dunia dalam sepi dan sendiri
Hanya aku dan diriku dalam 28 meter persegi
Damai dan ketenangan lebih banyak kucecap
tanpa harus takut sewaktu-waktu ada situasi yang memanas
dan obrolan singkat menjadi beban kepala
belajar hidup, itu mata kuliahku sekarang
Belajar menata dan mengelola
Membuat peraturan dan batasan
Bilik ini manifestasi jiwaku, yang bertumbuh dan berbutuh
Mengenali kebutuhanku dan dengan sistematis memenuhinya
Persoalan membeli kapur barus dan beras
Perkara jam berapa menanak nasi dan mengeringkan rambut
Perihal bayar tagihan listrik dan beli sabun cuci
Karierku sedang kumulai
Sebagai wirausahawan di kantorku, juga sebagai manajer rumah tangga di apartemenku
hidup yang memang kupilih, kuinginkan, dan kupinta dari Yang Kuasa
Pada titik ini hanya syukur yang bisa kuhaturkan ke hadiratNya
Subscribe to:
Posts (Atom)